Sabtu, 07 Januari 2017

Resensi buku Pandangan Hidup Muslim tulisan Professor dokter Hamka

Sore ini saya sempatkan mewawancarai suami sendiri yang sudah hampir selesai membaca buku tersebut.


Berikut ini resensinya
Semoga menambah keyakinan dan keIslaman kita.
Dan membuat kita tertarik untuk membaca buku Dr. Hamka ini.

Apa yang dibahas dalam buku tersebut?

Pada bagian awal buku ini menjelaskan tentang pentingnya kita untuk Istiqomah artinya komitmen dengan keimanan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena ketika kita tidak mampu untuk komitmen maka peluang-peluang untuk terjerumus kedalam paham-paham ataupun ideologi yang menghancurkan kita itu akan sangat besar.

Artinya keistiqomahan kita, kekokohan iman kita kepada Allah tersebut adalah salah satu perisai untuk membentengi kehidupan kita dari kehancuran itu.

Kemudian kita juga dituntut untuk senantiasa -dalam bahasa Hamka nya itu- adalah mencari Allah, selalu mencari di sini bukan berarti mencari Allah secara fisik atau bagaimana wujud Allah.

Mencari Allah artinya ketika kita menemukan sebuah persoalan maka kita kita harus mencoba senantiasa mampu untuk mendefinisikan bahwa itu dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Ketika kita melihat gunung, melihat fenomena-fenomena alam dan sebagainya, melihat bagaimana dunia ini, alam yang indah, lautan yang luas, langit, laut, gunung, matahari, bulan bintang dan manusia-manusia yang berjalan, makhluk-makhluk lainnya, semua itu adalah salah satu bentuk dari bukti adanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Kita harus terus mencari, karena semakin lama, semakin kita kuat mencari maka semakin kuat pula keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Artinya mencari data penguat ataupun data pendukung bahwa Allah Subhanahu ta'ala itu ada itu salah satu cara untuk mempertahankan keistiqomahan tadi.

Kemudian pada bagian selanjutnya buku ini menjelaskan tentang pentingnya kita meyakini bahwa kita ini sebagai umat Islam, umat yang terbaik. Umat yang beragama Islam yang pertama kita harus sadar bahwa kita ini adalah sebaik-baik umat dibandingkan umat yang lain secara ketauhidan kita, yang secara agama dibandingkan dengan agama lain itu yang pertama.

Yang kedua, ketika kita sudah meyakini bahwa kita adalah umat yang terbaik, maka bagaimana agar kita bisa termasuk ke dalam golongan umat yang baik. Sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam surat ali-imran ayat 10 yang artinya, kamu umat Islam, adalah umat terbaik, yang dilahirkan untuk manusia karena kamu menyuruh berbuat makruf dan mencegah yang mungkar.
Di dalam tafsir Hamka itu, ketika kita sudah meyakini bahwa agama kita itu jauh lebih baik dan baik lebih baik dibandingkan agama yang lain, selanjutnya adalah kita dituntut untuk menjadi umat yang terbaik. Begitulah syarat untuk menjadi bagian dari umat yang terbaik, kita harus mampu untuk menyuruh manusia untuk mengerjakan, menyuruh kepada hal yang marah ya makruf dan mencegah dari hal-hal yang mungkar.
Ketika ini tidak dilakukan, ketika umat Islam, orang yang sudah beragama Islam sekalipun ketika dia tidak mau melakukan yang Ma'ruf dan mencegah yang mungkar maka dia bukan bagian dari golongan umat yang terbaik, itu kata Allah, dalam dalam tafsir Hamka dan ini benar rasional.
Karena tidak mungkin hanya sebatas karena kita mengaku sebagai orang yang beragama islam tetapi kita tidak mampu untuk mentransformasikan keislaman kita itu dalam bentuk beramar Ma'ruf dan mencegah yang mungkar.
Artinya sepanjang kita bisa melakukan itu maka kita akan masuk dalam golongan umat yang terbaik, tapi jika tidak maka kita jatuhnya akan sama seperti umat yang lainnya.  Dalam tafsiran Hamka, seperti itu sama jadi nanti sebagai umat Yahudi, Nasrani, jadi tidak ada gunanya juga kita mengaku sebagai orang yang beragama Islam.

Kita sebagai manusia sebagai umat Islam khususnya itu juga harus mampu untuk banyak bertanya dengan segala situasi yang ada dalam kehidupan ini artinya kita dituntut untuk mampu berpikir jauh. Mencari tahu, meriset, menganalisa, namun dari semua kebebasan kita berpikir itu harus dibatasi dengan ketauhidan kita kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Artinya kepada hal-hal yang sifatnya temporer itu silahkan kita berpikir sejauh mungkin, sedalam mungkin, tetapi ketika hal itu hal-hal yang sifatnya Absolut tentang Allah, yang menciptakan, lalu bahwa ada Muhammad, surga dan neraka, maka kita harus percaya dan harus yakin dengan itu, tidak perlu lagi untuk mendialogkan itu dengan keliaran pikiran kita.

Kemudian dalam buku ini pada bagian bagian tengahnya, kita dianjurkan untuk mampu memahami bahwa kehidupan ini indah. Hal itu bisa dengan menikmati kehidupan ini jangan mengeluh dengan kondisi kehidupan ini, kita nikmati.

Sejatinya hidup itu indah dan bagaimana untuk mencapai keindahan hidup itu kita tidak perlu hanya sebatas sibuk dengan satu aktivitas, hanya sibuk dengan aktivitas politik, hanya sibuk dengan aktivitas ekonomi bisnis, sibuk dengan aktivitas ilmu pengetahuan. Bukan seperti itu, yang dimaksud Indahnya hidup itu kita sekali-kali kita juga harus mampu mengisi dengan, bagaimana kita mampu melihat ketika mawar itu mekar, burung itu terbang, ketika rembulan itu bersinar.

Ini yang dikatakan Hamka bahwa sejauh mana kemampuan kita untuk menyelami sampai sedalam itu itulah inti dari kehidupan yang indah.
Kalau hanya sebatas ilmu pengetahuan saja yang dimiliki misalnya, maka dia juga akan menjadi manusia yang gersang dan tidak bisa merasakan bagaimana indahnya hidup
Ada jeda waktu, ada bagian-bagian waktu di mana kita bisa asyik bercanda dengan keluarga, bertegur sapa dengan masyarakat sekitar kita, berjamaah di mesjid, bertemu dengan masyarakat, menikmati alam yang indah, menikmati hari, menikmati bunga yang bermekaran harumnya, burung yang berterbangan, angin semilir, dan sebagainya. Ini adalah salah satu seni untuk mendapatkan kehidupan yang indah

Setelah ketauhidan kita kepada Allah itu kuat, maka selanjutnya kita dianjurkan untuk mampu meneladani Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam karena ini sudah pasti. Antara Allah dan rasul itu adalah sesuatu yang saling berkaitan berkelindan. Tidak bisa dipisah-pisahkan, dimana ketika kita yakin dengan Allah maka kita juga harus yakin dengan Muhammad sollallahu alaihi wasallam.
Mengikuti apa yang dijalankan oleh Muhammad sollallahu alaihi wasallam untuk mengarahkan kita kepada Allah subhahu wa ta'ala.
Berperilaku meneladani rasulAllah cahaya bagi dunia, cahaya bagi dunia ini yang dulu orang jahiliyah, yang bisa dirubah menjadi manusia yang mengerti ke mana seharusnya tujuan hidup itu.

Kemudian selanjutnya dalam buku ini Hamka menjelaskan tentang pentingnya kita untuk memperluas ilmu pengetahuan kita. Memperdalam ilmu pengetahuan kita, kalau kita mampu menciptakan teknologi-teknologi yang bisa menembus langit yaitu silahkan, bagus dan Allah malah menantang itu. Jika jin dan manusia itu mampu sampai ke langit, ya silahkan nggak masalah. Artinya kita yang dituntut untuk memperbanyak ilmu pengetahuan kita, meneliti lebih jauh, membuat sebuah penemuan-penemuan, penelitian, dengan catatan itu semua harus diniatkan untuk   mendekatkan diri kepada Allah, ataupun menjelaskan secara rasional terhadap apa apa yang sudah diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam al-qur'an.

Sedangkan pada bagian bagian terakhir, bahwa antara ilmu dan agama itu juga tidak boleh kita pisah pisahkan. Artinya ketika kita mendalami sebuah ilmu pengetahuan maka tinggal di seimbangkan dengan mendalami agama. Karena kebanyakan, ketika hanya fokus hanya pada ilmu pengetahuan maka nanti akan menjadi semakin liar dan kita jadi semakin tidak percaya dengan agama. Menjadi semakin jauh dengan agama, bahkan tidak percaya, kita bisa terjebak dengan pikiran-pikiran orang-orang pemikir barat dan sebagainya.
Ini artinya antara ilmu dan agama memang sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Kalau kita berniat untuk memecahkan persoalan-persoalan ataupun memecahkan tentang misteri-misteri yang terkandung dalam ayat Alquran misalnya, pengetahuan itu bagus untuk memperkuat keimanan kita.

Demikian sekilas isi buku Hamka, Pandangan hidup muslim..

Bagi yang berminat, bisa hubungi 081371662013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar