Sabtu, 07 Februari 2015

Tugas dan Kewajiban Kita

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

Sungguh, kita tahu akan kondisi yang sedang dihadapi bangsa ini. Dengan pemerintahan dan strukturnya, dengan aturan dan sanksinya, dengan masyarakat dan norma adatnya, dengan agama dan pelaksanaannya, dengan semua sisi dan perjalanan kehidupannya.

Kita mampu mengetahuinya, karena memang alam yang kita jalani saat ini membuka peluang bagi semua untuk dapat membaca, melihat dan mendengar bagaimana kondisi bangsa ini. Namun pengetahuan yang kita miliki itu tidak lantas menjadi sebab bagi kesadaran dan kearifan diri terhadap kondisi bangsa ini.

Kita bisa tahu bahwa harga bensin dan solar berubah naik dan turun hanya dalam hitungan bulan. Kita bisa tahu masih banyak sekolah-sekolah di mana para pelajarnya sering tawuran. Kita juga tahu banyak oknum pemerintah dan bahkan wakil rakyat yang terlibat korupsi. Namun kita tidak sadar bagaimana kondisi iman dan kepercayaan rakyat bangsa ini. Kita tidak memikirkan hal itu, karena beranggapan bahwa iman dan kepercayaan adalah masalah pribadi yang tidak seorangpun dapat campur tangan di dalamnya.

Kita tidak sadar bahwa iman dan kepercayaan adalah kunci dari sebuah pintu kesadaran dan dengannya kita mampu memahami bagaimana kondisi bangsa ini sesungguhnya. Kita memandang bahwa kuat atau lemahnya kadar keimanan dan kepercayaan seseorang tidak mempengaruhi kehidupan kita, kehidupan masyarakat. Salah, hal ini sangat fatal.

Pemahaman kita yang keliru tentang iman seseorang yang menyebabkan bangsa ini terpuruk dan terus merangkak mencari jalan agar tidak terus berputar-putar pada sebuah kondisi yang sama. Kepedulian tehadap tingkat dan kadar keimanan anggota keluarga, anggota masyarakat, orang-orang di sekitar kita adalah sebuah keniscayaan. Dengan adanya kepedulian tersebut akan membawa kesadaran akan pentingnya saling menjaga, menjaga keimanan, saling menasehati, memberikan pelajaran, saling memberikan perhatian dan perlindungan.

Mengapa kita harus peduli terhadap keimanan orang lain, bukankah ibadah adalah urusan manusia secara pribadi kepada Tuhannya? Benar, bila dikatakan bahwa ibadah adalah urusan manusia secara pribadi kepada Tuhannya, namun tidak seluruh ibadah menjadi bagian pribadi. Ada ibadah-ibadah yang mana ia bersentuhan lansung dengan manusia dan alam semesta, bukankah dua dari rukun Islam merupakan ibadah yang berkaian lansung dengan urusan sesama manusia? Zakat dan  haji misalnya, bila dalam zakat kita menemukan ada delapan golongan manusia yang berhak mendapatkan zakat dari kita, maka dalam ibadah haji, manusia-manusia itu menjadi tempat bagi kita untuk berbagi daging hewan yang kita kurbankan.

Alasan lain mengapa kita harus peduli pada kondisi keimanan bangsa ini adalah dikarenakan keimanan merupakan dasar dari sebuah konsep diri yang juga mempengaruhi karakter dan sifat serta sikap seseorang. Bila baik imannya, maka baik pula ibadah dan akhlaknya, lalu sebaliknya, bila buruk dan lemah imannya maka buruk pula ibadah dan akhlaknya. Kita dapat mengetahui bagaimana kondisi keimanan seseorang melalui akhlak yang ia miliki dalam kesehariannya.

Dengan pengaruh yang besar terhadap akhlak, tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi bangsa ini dipengaruhi oleh kondisi keimanan dan kepercayaan tiap individu yang ada di dalamnya. Bila sang pemimpin negara memiliki keimanan yang kuat maka ia mampu memilah kebijakan mana yang seharusnya di terapkan dan mana yang harus dihapuskan. Dengan begitu rakyat akan merasa tenteram dan aman dibawah kepemimpinannya. Dengan keimanan yang kuat pula, para pendidik anak-anak bangsa ini akan terus berusaha menanamkan keimanan yang sama kuatnya kepada tiap peserta didiknya, dan dengan begitu akan muncul pula anak-anak bangsa yang mampu menjaga pesatuan di antara sesama manusia. Keimanan yang kokoh pula yang menjaga para penjalan pemerintahan dan wakil rakyat di dewan untuk tetap kuat dalam menjalankan amanah.

Demikianlah pengaruh keimanan pada bangsa ini, maka tidak ada alasan bagi kita untuk terus beranggapan bahwa masalah aqidah, masalah tauhid, masalah keimanan adalah masalah pribadi yang tidak bisa kita campuri.

Ini adalah tugas kita yang mencintai bangsa ini, mencintai negara ini, mencintai agama ini. Ini adalah tugas kita dan menjadi kewajiban bagi kita meski tidak ada lagi manusia yang mau memikulnya. Tugas dan kewajiban ini adalah milik kita dan 'kullukum ra'in wa kullukum mas'ulun 'an ra'iyyatih'.

Dan Allah lebih mengetahui.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar